Beberapa Cerita - Hanya di Indonesia (Bagian II)
Cerita kedua datang dari pertigaan tol porong. Di depan jalan masuk tol porong persis. Waktu itu aku sedang menuju ke Surabaya bersama temanku naik sepeda motor. Karena kupikir aku dibonceng, jadi aku cuma memakai helm non-standar, alias orang Malang bilang helm Cibuk (Gayung). Karena di Malang Helm non-standar seperti ini masih diperbolehkan bagi orang yang dibonceng. Tapi aku tak tahu kalau di Sidoarjo dan Surabaya, helm seperti ini tak diperbolehkan.
Dan akhirnya, tepat di depan jalan masuk tol porong, aku dihentikan oleh seorang anggota polisi. Katanya, "Mas, kena tilang, karena helm-nya bukan helm standar. Mana STN dan SIM." Kemudian temanku memberikan SIM dan STN miliknya. Polisi itupun berkata "Okay, ikut saya ke dalam." Saya masuk kedalam sebuah tenda yang gak terlalu besar berwarna biru tua. Didalam sana saya langsung ditanya "Mas, kena tiga puluh lima ribu." terus polisi satunya bertanya "Disini atau pengadilan." Temanku menjawab, "Disini saja pak." Karena Temanku pikir, kalau motor ini disita, gimana kami bisa nyampe ke Kantor di Surabaya. Sedangkan waktu itu sudah jam 8, padahal kami sudah harus berada di kantor pukul 9. Kan gak mungkin kalau kami harus nunggu surat tilang dulu.
Dan akhirnya, tepat di depan jalan masuk tol porong, aku dihentikan oleh seorang anggota polisi. Katanya, "Mas, kena tilang, karena helm-nya bukan helm standar. Mana STN dan SIM." Kemudian temanku memberikan SIM dan STN miliknya. Polisi itupun berkata "Okay, ikut saya ke dalam." Saya masuk kedalam sebuah tenda yang gak terlalu besar berwarna biru tua. Didalam sana saya langsung ditanya "Mas, kena tiga puluh lima ribu." terus polisi satunya bertanya "Disini atau pengadilan." Temanku menjawab, "Disini saja pak." Karena Temanku pikir, kalau motor ini disita, gimana kami bisa nyampe ke Kantor di Surabaya. Sedangkan waktu itu sudah jam 8, padahal kami sudah harus berada di kantor pukul 9. Kan gak mungkin kalau kami harus nunggu surat tilang dulu.